Kamis, 10 September 2009

KEMARAHAN dan NAFSU


Di bulan ramadhan ini kita pastinya menjalankan puasa. Banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga, dikarenakan tidak bisa menjaga puasanya.Puasa bukan sekedar menahan rasa lapar dan haus saja dari terbit matahari hingga terbenam matahari akan tetapi kita harus menjaga diri kita dari hal-hal yang membatalkan atau mengurangi nilai pahala puasa kita. Salah satu hal yang mengurangi pahala puasa kita adalah marah. Seringkali bahkan lebih banyak hal yang membuat kita ingin marah di bulan puasa ini karena kita sedang dicoba. Agar pahala puasa kita diterima, alangkah kebih baik kalau kita menahan kemarahan dan nafsu kita, karena memang bulan puasa merupakan bulan latihan bagi kita agar kita selalu mengendalikan diri untuk diterapkan di bulan-bulan berikutnya. Saya disini berkapasitas bukan sebagai orang yang ahli mengendalikan diri atau kemarahan tapi ingin berbagi bahwa kemarahan itu harus kita kendalikan, yang mudah2an saya juga menjadi orang yang sabar dan dapat mengendalikan diri. Berikut ini adalah kemarahan dan nafsu menurut idola saya Bpk Mario Teguh.
Hanya seorang yang pemarah yang bisa betul-betul bersabar.Seseorang yang tidak bisa merasa marah – tidak bisa disebut penyabar; karena dia hanya tidak bisa marah. Sedang seorang lagi yang sebetulnya merasa marah, tetapi mengelola kemarahannya untuk tetap berlaku baik dan adil – adalah seorang yang berhasil menjadikan dirinya bersabar.
Dan bila Anda mengatakan bahwa untuk bersabar itu sulit, Anda sangat tepat; karena kesabaran kita diukur dari kekuatan kita untuk tetap mendahulukan yang benar dalam perasaan yang membuat kita seolah-olah berhak untuk berlaku melampaui batas.
Kemarahan adalah sebuah bentuk nafsu.Nafsu, adalah kekuatan yang tidak pernah netral, karena ia hanya mempunyai dua arah gerak; yaitu bila ia tidak memuliakan, pasti ia menghinakan.Maka perhatikanlah ini dengan cermat; bila Anda berpikir dengan jernih dalam memilih tindakan dan cara bertindak dalam kemarahan, nafsu itu akan menjadi kekuatan Anda untuk meninggalkan kemapanan Anda yang sekarang – untuk menuju sebuah kemapanan baru yang lebih tinggi.Tetapi, bila Anda berlaku sebaliknya, maka ke bawah lah arah pembaruan dari kemampuan Anda. Itu sebabnya, kita sering menyaksikan seorang berkedudukan tinggi yang terlontarkan dari tingkat kemapanannya, dan kemudian direndahkan – karena ia tidak berpikir jernih dalam kemarahan.Jadi, katakanlah, tidak ada orang yang cukup penting yang bisa membuat saya marah dan berlaku rendah.Bila Anda seorang pemimpin (kepala rumah tangga), dan Anda telah menerima tugas untuk meninggikan orang lain (keluarga Anda); maka tidak ada badai, gempa, atau air bah – yang bisa membuat Anda mengurangi nilai Anda bagi kepantasan untuk mengemban tugas itu. Semoga kita bisa mengendalikan diri kita dan menjaga kemarahan serta nafsu kita, khususnya di bulan puasa ini agar kita menjadi orang yang lebih baik..Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar